Cita-Citaku untuk Menjadi Seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
A. Latar
Belakang Cita-Citaku
Guru
adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan
berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
yang bertakwa dan berakhlak mulia, serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru
dengan tugas utama mendidik dan membibing.
Guru memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
B. Cara Mencapai
Cita-Citaku
1. Berdoa,
Selain berusaha juga harus disertai dengan
doa untuk memohon rahmatNya.
2. Berusaha
Yang artinya melakukan usaha dan tentunya
usaha itu yang ada kaitannya dengan cita-cita kita. Misalkan mempunyai
cita-cita sebagai seorang guru, kita juga harus memulainya dengan cari
informasi pada sekolahan-sekolahan yang sedang membuka lowongan. Sebelum ambil
keputusan untuk mencoba, kita harus tahu dulu apa resikonya terhadap cita-cita
kita untuk menjadi seorang guru.
3. Pantang menyerah
Yang artinya kita sebagai manusia yang
sudah menanamkan cita-cita didalam diri kita maka kita mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk berusaha menggapai cita-cita tersebut dan jangan mudah untuk
menyerah karena menyerah bukanlah hal yang baik untuk diri kita, justru dengan
kita menyerah itu akan membuntukan jalan kita untuk menuju jalan yang lebih
baik nantinya. Sebesar beban yang kamu hadapi percayalah kalian pasti bisa dan
tidak ada kata menyerah dalam melakukan suatu hal.
C. Sikap Mental yang Disiapkan Jika
Cita-Citaku Gagal
Ada
banyak alasan ketika seseorang menghindar dan menunda sebuah tindakan (takut,
malas, dan khawatir gagal). Apakah sebenarnya kegagalan itu? Mengapa kita takut
gagal?
Setiap
tindakan akan membawa konsekuensi (berhasil atau gagal). Kita mengatakan
sesuatu berhasil jika apa yang ditargetkan tercapai. Dan kita mengatakan gagal
jika hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan. Karena itu, berhasil dan gagal
merupakan bagian dari permainan kehidupan. Ada kalanya kalian berhasil dan ada
kalanya pula gagal.
Dengan
bertindak maka kalian membuka peluang 50% berhasil dan 50% gagal. Sedangkan
jika kalian menunda-nunda dan tidak melakukan apapun, sebenarnya kalian
kehilangan kesempatan 50% untuk berhasil.
Jadi
jangan takut gagal.
Thomas Alfa Edison gagal ribuan kali sebelum berhasil menemukan filamen lampu
pijar. Orang-orang yang kita kagumi atas prestasi dan keberhasilan mereka dalam
berbagai bidang juga telah mengalami kegagalan sebelumnya. Tidak percaya? Coba tanyakan
mereka.
Seringkali
orang yang berhasil adalah orang yang telah berkali-kali gagal. Mereka pernah
terjatuh, tersandung, namun bangkit kembali. Kegagalan memberi kita sebuah
pelajaran untuk merumuskan kembali apa yang menjadi tujuan sebenarnya dan strategi
yang kita pakai dalam bertindak.
Seorang
bayi yang belajar berjalan pun gagal berkali-kali sebelum akhirnya bisa berdiri
tegak dan melangkahkan kakinya dengan mantap.
Sikapi kegagalan dengan bijak. Ambil hikmah dari
setiap kegagalan dan jadikan masukan
untuk menentukan tindakan dan
strategi kalian selanjutnya.
D.
Sikap Mental yang Disiapkan Jika Cita-Citaku Tercapai
1. Tidak mengeluh, profesionalisme adalah
yang paling utama:
Lance Armstrong pernah
berkata, “There are two kinds of days : good days and great days.”
Hanya ada dua macam
hari : hari yang baik dan hari yang sangat baik. Adalah baik jika kita tidak
pernah mengeluh, walaupun suatu hari mungkin kita akan jatuh dan gagal.
Mengapa?
Karena setiap kali
gagal, itu adalah kesempatan bagi diri kita untuk belajar mengatasi kegagalan
itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana kita
gagal tetap sebagai a good day
(hari yang baik).
2. Berani
menanggung resiko
Jelas, tanpa ini tidak
ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita
menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh.
Resiko hanyalah akan
berakibat dua macam : be a good or a great day.
Jadi, tidak perlu dikhawatirkan lagi bukan?
Kegagalan pun hanyalah
kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari dan
tentunya ambang kepada kesuksesan akan lebih dekat.
E. Mengemban
atau Melaksanakan Cita-Citaku
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan
tugasnya, guru khususnya dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar,
disertai pula dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi
itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya.
Seorang yang berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan keterampilan
keguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya. Guru yang
memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi
juga sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa
tugas. Fungsi dan tugas guru adalah menyerahkan kebudayaan kepada anak didik
berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman, membentuk kepribadian
anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita yakni Pancasila, menyiapkan
anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan yang
merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983 sebagai perantara dalam belajar. Guru
adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi
dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang
kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah
memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dimana seorang guru harus menarik
simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan
guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang
guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri
siswa.
0 komentar:
Posting Komentar