Subscribe:

Selasa, 19 November 2013

Cita-Citaku untuk Menjadi Seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

     Cita-Citaku untuk Menjadi Seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa



A.  Latar Belakang Cita-Citaku
     Guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia, serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru dengan tugas utama mendidik dan membibing.  Guru memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

B. Cara Mencapai Cita-Citaku

1.  Berdoa,
Selain berusaha juga harus disertai dengan doa untuk memohon rahmatNya.
2.  Berusaha
Yang artinya melakukan usaha dan tentunya usaha itu yang ada kaitannya dengan cita-cita kita. Misalkan mempunyai cita-cita sebagai seorang guru, kita juga harus memulainya dengan cari informasi pada sekolahan-sekolahan yang sedang membuka lowongan. Sebelum ambil keputusan untuk mencoba, kita harus tahu dulu apa resikonya terhadap cita-cita kita untuk menjadi seorang guru.
3. Pantang menyerah
   Yang artinya kita sebagai manusia yang sudah menanamkan cita-cita didalam diri kita maka kita mempunyai tanggung jawab yang besar untuk berusaha menggapai cita-cita tersebut dan jangan mudah untuk menyerah karena menyerah bukanlah hal yang baik untuk diri kita, justru dengan kita menyerah itu akan membuntukan jalan kita untuk menuju jalan yang lebih baik nantinya. Sebesar beban yang kamu hadapi percayalah kalian pasti bisa dan tidak ada kata menyerah dalam melakukan suatu hal.

C. Sikap Mental yang Disiapkan Jika Cita-Citaku Gagal
Ada banyak alasan ketika seseorang menghindar dan menunda sebuah tindakan (takut, malas, dan khawatir gagal). Apakah sebenarnya kegagalan itu? Mengapa kita takut gagal?
Setiap tindakan akan membawa konsekuensi (berhasil atau gagal). Kita mengatakan sesuatu berhasil jika apa yang ditargetkan tercapai. Dan kita mengatakan gagal jika hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan. Karena itu, berhasil dan gagal merupakan bagian dari permainan kehidupan. Ada kalanya kalian berhasil dan ada kalanya pula gagal.
Dengan bertindak maka kalian membuka peluang 50% berhasil dan 50% gagal. Sedangkan jika kalian menunda-nunda dan tidak melakukan apapun, sebenarnya kalian kehilangan kesempatan 50% untuk berhasil.
Jadi jangan takut gagal. Thomas Alfa Edison gagal ribuan kali sebelum berhasil menemukan filamen lampu pijar. Orang-orang yang kita kagumi atas prestasi dan keberhasilan mereka dalam berbagai bidang juga telah mengalami kegagalan sebelumnya. Tidak percaya? Coba tanyakan mereka.
Seringkali orang yang berhasil adalah orang yang telah berkali-kali gagal. Mereka pernah terjatuh, tersandung, namun bangkit kembali. Kegagalan memberi kita sebuah pelajaran untuk merumuskan kembali apa yang menjadi tujuan sebenarnya dan strategi yang kita pakai dalam bertindak.
Seorang bayi yang belajar berjalan pun gagal berkali-kali sebelum akhirnya bisa berdiri tegak dan melangkahkan kakinya dengan mantap.
Sikapi kegagalan dengan bijak. Ambil hikmah dari setiap kegagalan dan jadikan masukan untuk menentukan tindakan dan strategi kalian selanjutnya.

D. Sikap Mental yang Disiapkan Jika Cita-Citaku Tercapai
1.  Tidak mengeluh, profesionalisme adalah yang paling utama: 
Lance Armstrong pernah berkata, “There are two kinds of days : good days and great   days.
Hanya ada dua macam hari : hari yang baik dan hari yang sangat baik. Adalah baik jika kita tidak pernah mengeluh, walaupun suatu hari mungkin kita akan jatuh dan gagal.
Mengapa?
Karena setiap kali gagal, itu adalah kesempatan bagi diri kita untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana kita gagal tetap sebagai a good day (hari yang baik). 
2.  Berani menanggung resiko
Jelas, tanpa ini tidak ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh.
Resiko hanyalah akan berakibat dua macam : be a good or a great day. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan lagi bukan?
Kegagalan pun hanyalah kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari dan tentunya ambang kepada kesuksesan akan lebih dekat.


E. Mengemban atau Melaksanakan Cita-Citaku
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Seorang yang berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan keterampilan keguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya. Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas. Fungsi dan tugas guru adalah menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman, membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita yakni Pancasila, menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983 sebagai perantara dalam belajar. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dimana seorang guru harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.








0 komentar:

Posting Komentar