Subscribe:

Selasa, 03 Desember 2013

Cerpen Tentang Perpisahan


PERPISAHAN

          Saat indah itu terasa cepat berlalu, tak terasa kini aku harus merasakan yang namanya saat perpisahan. Hah, aku paling benci membicarakan perpisahan. Entah perpisahan dalam bentuk apapun. Aku benci dengan kata perpisahan, karena perpisahan hanya akan mendatangkan kesedihan. Bagiku tak ada perpisahan yang indah. Siapa sih yang menginginkan perpisahan. Tapi ini lah dunia, Tuhan telah menciptakan segala sesuatu itu berpasangan, jika ada tawa maka akan ada tangisan, jika ada kebahagiaan maka suatu saat akan ada kesedihan dan seperti yang kurasa seperti saat ini, aku telah mengenal yang namanya pertemuan maka konsekuensinya adalah aku harus mau mengenal perpisahan.
          Sedih sekali aku memikirkannya. Tapi apa mau dikata, inilah takdirku. Suatu ketika aku pasti akan merasakan ditinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi. Sahabat, saudara dan orang tua. Terkadang aku berfikir apakah adil jika Tuhan hanya menciptakan pertemuan tanpa ada perpisahan. Hah itu sih hanya pemikiranku.
***
          Aku terkejut mendengar suara hp-ku berdering, kulihat disana nama Yudi sahabatku menelpon, sedetik kemudian sudah terdengar percakapan kami
“halo, si” terdengar suara di ujung sana“ ia halo, napa Yud” jawabku
“ga papa, pengen aja nelpon kamu, ngabisin gratisan. hehehe”
“ah resek lu” jawabku dengan bersungut-sungut, diujung sana terdengar suara Yudi tertawa terbahak-bahak.
          Kami berdua berteman akrab, gara-gara dia sering curhat masalah pacarnya ke aku. Em, kata dia aku enak diajak ngobrol, dan selalu bisa buat dia tertawa. Em, bukan sombong sih, tapi emang aku orangnya paling suka ngelucu. Atau mungkin menurut Yudi, aku ini seperti orang-orang yang ada dipanggung OVJ. Sehingga itu mungkin yang membuat Yudi ngerasa seneng curhat sama aku.
“ada apa lagi sih?” tanyaku kemudian
“hah biasalah, gue pengen putus dengan pacarku, capek ku dengan dia, ku dibohongin terus, emangnya aku cowok apaan”
“ow,,,emang kamu cowok?” tanyaku meledek
“ah lu, gua bukan cowok cuma lekong, hehehe” kembali pecah tawa kami.
Hari-hariku terasa menyenangkan, karena teman-temanku yang selalu bisa buat aku tertawa, yah timbal balik kan, namanya juga makhluk sosial. Tapi terkadang aku sering dibuat pusing oleh masalah-masalah teman-temanku. Ada-ada saja masalah mereka, dan yang pasti sih kebanyakan masalah percintaan. Dan terkadang bisa mambuat ku merasa bersalah juga.
          Seperti ketika aku betelefonan dengan temanku Yudi, karena dia itu sebenarnya pacar dari teman perempuanku. Pernah aku betelefonan dengan Yudi, padahal si cewek ada di dekatku, dan anehnya si cewek tak mengerti atau aku yang terlau pintar menutupinya, entahlah atau mungkin dia tahu tapi diam. Dan sebenarnya kalau misalnya aku dibilang TTM gak juga, karena emang hubungan kami hanya sekedar teman.
          Hingga suatu saat temanku Yudi putus dengan pacarnya, si cewek tadi yah sebut aja  Rita. Sebenanya si Rita itu masih suka sama si Yudi, tapi yah namanya juga perasaan, gak bisa dipaksain. Akhirnya Yudi dan Rita putus. Dan dampaknya ya si Rita gak mau main lagi ke rumahku, mau tau kenapa alasanya. Karena dia sudah gak butuh aku lagi. Haduh mengenaskan  sekali hidupku.
***
          Aku tinggal dengan kakak sepupuku, karena kami berdua sama-sama kuliah, di tempat yang sama. Dia punya cowok namanya Hendra, tapi cowoknya gak pernah akur sama aku, tiap kali bertemu selalu aja bertengkar. Kadang kakak ku sampai heran. Ya udah mau gimana lagi. Kodratnya gitu lagi. Dan lucunya setelah Ayukku putus dengan cowoknya ini, aku malah deket sama dia, aduh parah banget.
          Nah usut-diusut ternyata penyebab putusnya mereka ini adalah karena si Yudi suka kakakku. Wah, fantastik. Dan si Yudi emang mengakuinya sama aku. Aku sih nyantai aja sama hal itu. Wajar aja sih, dan gak ada salahnya juga karena yang namanya mantan ya udah mantan, gak ada hubunganya lagi. Tapi sebenarnya adalah masalah dibalik semua itu, mantan kakak ku adalah kawan si Yudi, mereka dulu satu SMA, hah aku juga pusing.
          Akhirnya Yudi nembak deh si kakakku, so apa yang bakalan terjadi kalau mereka jadian. Aku harus rela jauh sama si Yudi.
“lus, aku bingung,!” kata Yudi dalam telfon
“bingung kenapa si Yud?”
“bingung, disatu sisi, ku suka sama kakakmu, tapi disatu sisi aku kawan Hendra, kalau misalnya aku jadian sama kakakmu gimana reaksi teman-teman?”. Kata Yudi panjang lebar “yah mau gimana lagi, emang susah, perasaan gak bisa disatuin sama logika”
“ah ku ngejomblo aja deh”
“ahh kamu kok ngejomblo Yud, gak percaya aku”
“yah liat aja deh ntar, aku pasti bisa jomblo”
“kalau kakak ku nerima kamu gimana?” tanyaku mencoba menggoyahkan pendirian Yudi
“yah entahlah, jalani aja”
***
          Semalaman aku telefonan dengan Yudi, aku sudah punya firasat buruk nih. Alhasil keesokan paginya kakakku gak negur aku sama sekali, aku ke depan dia ke belakang, ku susul ke kamar eh ku ditinggal tidur. Haduh salah lagi nih aku. Parahnya seharian aku gak bertemu dengan kakakku, aku keluar karena mengurus bisnis kecil-kecilanku. Lumayan buat jajan. Malam hari aku baru pulang. Hem aku sedikit lega karena wajah Ayukku terlihat sumringah, aku sudah menangkap ada sesuatu disana. Pasti...!!!
          Hem baguslah kalau begitu. Tapi disatu sisi aku merasa kehilangan. Kehilangan sahabatku. Tidak akan ada lagi yang akan menelefonku, berceloteh ria, sambil bercerita tentang kehidupannya. Hah aku harus siap batin deh. Belum apa-apa aja Yudi udah berubah. Dia udah gag pernah hubungi aku lagi. Haruskah aku kehilangan sahabatku. Aku mengerti posisinya, dia ingin menjaga perasaan kakakku, kak Sinta. Yah aku mengerti itu, aku juga akan bahagia melihat orang-orang yang aku sayangi bahagia. Kak Sinta begitu baik denganku, aku tak mau merusak kebahagiaannya, aku juga menyayangi sahabatku, aku juga ingin melihat dia bisa tersenyum bahagia dengan orang yang dia sayangi.
          Aku sadar akan posisiku, aku hanya menjadi sahabatnya, meskipun kini aku merasa jauh dengan sahabatku, tapi aku berharap gak akan ada kata putus sahabat, apa lagi kata perpisahan. Tapi kalau misalnya hal itupun terjadi, aku tak apa. Hidup ini memang misteri. Dan panggung sandiwara. Suatu saat aku harus siap untuk kehilangan seseorang yang aku sayang.
          Dan setelah aku jauh dari Yudi, aku juga jauh dengan Hendra, entah apa yang menyebabkan Hendra menjauhiku, dia tiba-tiba saja marah padaku,
"udahlah gak usah temenan sama aku lagi, aku emang gak pantas jadi temen kamu" itu adalah kata terakhir Hendra, setelah itu dia tak pernah lagi menghubungiku. mungkin memang nasibku, ditinggalkan oleh orang-orang terdekatku. Tapi aku percaya kelak aku akan menemukan seseorang yang benar-benar tulus, dan tidak akan meninggakanku.




0 komentar:

Posting Komentar